Risalah Kedua, Mengenai Fadilah Shalat Jama'ah, Terjemah Kitab Arbau Rosail
San3kalongbm.com - Risalah Kedua, Mengenai Fadilah Shalat Jama'ah, Terjemah Kitab Arbau Rosail - Dalam artikel ini admin akan membahas Risalah kedua yang terdapat pada kitab Arbau Rosail, yakni tentang Mengenai Fadilah Shalat Jama'ah Secara Mutlak dan Tentang Hal Merapatkan Shaf dalam Shalat.
Shalat Jama'ah, Sumber: Pixabay |
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang
Allah swt. berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. al-Bagarah: 45)
Orang yang khusyu’ adalah orang yang diberi pertolongan oleh Allah.
Nabi saw. bersabda: “Shalat jama’ah pahalanya melebihi orang yang shalat sendirian terpaut dua puluh lima derajat”. Dan dalam salah satu riwayat, “Dua puluh tujuh derajat.”
Nabi saw. juga bersabda: “Tidak ada tiga orang di desa atau hutan yang tidak didirikan Shalat jama’ah pada mereka, kecuali setan mengalahkan mereka. Itu sebabnya, kamu hendaknya selalu berjama’ah, karena serigala hanya memakan kambing yang jauh (terpencil)”
Nabi saw. juga bersabda: “Keras yang sempurna, kufur dan munafik adalah orang yang mendengar panggilan Allah menuju shalat, lalu dia tidak mendatanginya”
Penggalan.itu adalah adzan.
Nabi saw Juga bersabda: “Sudah cukup mukmin celaka dan merugi jika dia mendengar muadzin memanggil untuk shalat, lalu dia tidak mendatanginya”.
Nabi saw. juga bersabda: “Sesungguhnya setan adalah serigala manusia seperti serigala kambing. Ia mengambil kambing yang jauh. Maka jauhilah lereng-lereng gunung”.
Yakni janganlah kalian bercerai berai jauh dari kawan dan hendaknya kalian selalu berjama’ah di masjid.
Nabi saw. juga bersabda: “Barangsiapa mendengar seruan undangan (yakni adzan), padahal dia sempat dan sehat, lalu dia tidak mendatangi undangan tersebut, maka tak ada shalat baginya”. Yakni shalatnya tidak sempurna.
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa mendengar adzan, lalu tidak ada uzur yang mencegahnya untuk mengikuti undangan itu, maka tidak diterima . Shalatnya”. Yakni mendengar adzan dan tidak mau berjama’ah.
Abu Said al-Khudri ra. berkata: “Jika kalian melihat lelaki membiasakan diri untuk shalat jama’ah di masjid, maka bersaksilah bahwa dia beriman.
Allah swt. berfirman: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah”, (QS. at Taubah: 19)
Nabi saw, bersabda: “Masjid itu rumah setiap orang yang takut kepada Allah. Allah sudah menjamin orang yang masjid menjadi rumahnya bahwa dia enak, diberi rahmat dan lewat Sirath Mustaqim menuju ridla Allah, yaitu ke surga”.
Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang mreramaikan rumah Allah adalah keluarga Allah”. Yakni orang-orang yang berjama’ah di masjid adalah keluarga Allah.
“Ibnu Abbas ra. berkata: “Barangsiapa mendengar adzan lalu tidak mendatanginya, maka dia tidak akan melihat kebaikan dan tidak dikehendaki baik”.
Abu Hurairah ra. berkata: “Telinga anak Adam dipenuhi dengan timah yang dihancurkan, itu lebih baik daripada dia mendengar adzan, namun tidak mendatanginya”.
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa berwudlu di rumahnya lalu berwudlu dengan baik, kemudian mendatangi masjid, maka dia ziarah Allah. layak jika yang diziarahi memuliakan peziarahnya”. Yakni wudlu sesuai dengan syarat dan sunat wudlu.
Nabi saw. bersabda kepada para sahabat: “Apakah kalian semua tidak ingin aku tunjukkan sesuatu yang menyebabkan Allah menghapus kesalahan kalian dan meluhurkan derajat?” Mereka menjawab: “Ya, kami mau, Rasulullah”. Nabi saw. bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudlu atas hal-hal yang dibenci, banyaknya langkah ke masjid, . menanti shalat setelah shalat. Inilah yang dimaksudkan ribath (tiga kali)”.
Menanti shalat setelah shalat kalau tidak salah maksudnya sudah shalat sendirian, lalu shalat lagi karena mendapatkan jama’ah.
Nabi saw. bersabda: “Menyempurnkan wudlu atas hal-hal yang dibenci, aktifnya telapan-telapak kaki menuju masjid-masjid dan menantikan shalat setelah shalat, bisa mencuci kesalahan-kesalahan”.
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa berangkat pagi dan berangkat sore ke masjid, maka Allah menyiapkan untuknya tempat di surga setiap kali dia berangkat pagi dan berangkat sore”.
Ibnu Umi Maktum ra. yang buta menghadap Nabi saw. Dia mengadu bahwa dia buta. Sedangkan di Madinah banyak hewan melata dan sumur.
Dia berkata: “Apakah engkau tidak menjumpai keringanan Jika aku shalat di rumah saja?” Nabi saw. balik bertanya: Apakah kamu mendengar adzan?” Dia menjawab: “Ya, masih mendengar”, Nabi saw. bersabda: “O, jika begitu. aku tidak menjumpai keringanan untuk kamu”, Yakni untuk shalat di rumah, (HR .al-Hakim)
Nabi saw, bersabda: “Tiga orang dilaknat oleh Allah”
Di antara mereka, Nabi saw. menuturkan lelaki yang mendengar Hayya alash shalah hayya alal falah. Namun dia tidak mendatangi undangan itu. (HR. al-Hakim)
Yakni dia mendengar Qomat shalat. Nabi saw. bersabda: “Tidak ada shalat bagi tetangga masjid, kecuali di masjid”. Yakni tidak ada shalat yang sempurna.
Termasuk hal yang sebaiknya dilakukan dan diperhatikan dalam shalat adalah meluruskan shaf dan merapatkannya.
Nabi saw, bersabda: “Luruskanlah shaf kalian, ratakanlah pundak kalian, lembutlah kalian di tangan saudara kalian dan isilah kekosongan, karena sesungguhnya setan masuk di antara kalian bagaikan anak kambing kecil”.
Jadi jika barisan shalat tidak rapat, maka sela-selanya ditempati oleh setan.
Aturan shaf, di samping lurus adalah harus rapat.
Dari al-Bara’ bin Azib ra., ia berkata: “Nabi saw. jikaakan shalat, – beliau mendatangi sisi Shaf untuk menata dada dan pundak orang-orang. Beliau bersabda: “Janganlah kalian berbeda, maka hati kalian bertentangan. Sesungguhnya Allah bershalawat kepada shaf awal”.
Shalawat Allah maksudnya memberi rahmat, Shalawat malaikat adalah memintakan ampunan.
Nabi saw. bersabda: “Luruskanlah shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk mendirikan shalat”.
Nabi saw. juga bersabda: “Samakanlah shaf kalian, rapatkanlah dan ratakanlah pundak pundak. Karena demi Dia yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari sela-sela shaf bagaikan anak kambing”.
Nabi saw. bersabda: "Luruslah kalian, maka hati kalian sama, kalian saling berhubungan dan saling sayang”.
Imam Syuraih berkata: “Yakni bercampurlah kalian dalam shalat”.
Nabi saw. bersabda: “Tegakkanlah, ratakanlah antara pundak kalian dan isilah selasela shaf, lembutlah kalian di tangan saudara kalian dan jangan biarkan lowongan-lowongan setan. Barangsiapa menyambung shaf, maka Allah menyambungnya. Dan barangsiapa memutuskan shaf, maka Allah memutusnya”.
Dari Anas ra., ia berkata: “Nabi saw. bersabda: “Tegakkanlah shaf-shaf kalian dan saling rapatlah kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku”.
Maka salah seorang dari kami menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan telapak kakinya dengan telak kaki temannya”.
Demikian Risalah Kedua, Mengenai Fadilah Shalat Jama'ah, Terjemah Kitab Arbau Rosail, semoga dengan adanya terjemahan Kitab Arbau Rosail Lengkap Indonesia dan Pegon ini akan lebih memudahkan kita bagi para santri dan pembaca dalam memahami isi kitab Arbau Rosail buah karya Imam Ahmad bin Zaini Dahlan.
Untuk pembahasan selanjutnya yaitu bab At Targhib atau Motivasi Sholat Isya dan Shubuh Berjama’ah.
Tetap ikuti Situs San3kalongbm.com untuk mendapatkan update informasi seputar Religi dan terjemah kitab-kitab pesantren salaf. Wallahu A'lam bisowab.....
Terimakasih, Wassalam .....San3kalongbm
Post a Comment for "Risalah Kedua, Mengenai Fadilah Shalat Jama'ah, Terjemah Kitab Arbau Rosail"