Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

San3kalongbm.com Situs Religi, Kitab Pesantren, Kisah dan Tokoh Islam dan Info Update Lainnya

Dzikir Shalat, Terjemah Sulam Munajat

San3kalongbm.com - Dzikir Shalat, Terjemah Sulam Munajat - Termasuk hal yang sangat dianjurkan untuk diketahui adalah mengerti dzikir shalat dan mengerti maknanya agar makna itu dihadirkan dalam hati, meskipun secara global agar orang yang bersangkutan memperoleh nikmat-nikmat yang besar. 
https://www.san3kalongbm.com/2023/04/dzikir-shalat-terjemah-sulam-munajat.html
Para ulama besar berkata: “Seseorang tidak diberi pahala atas dzikir, kecuali apabila ia mengerti maknanya dan menghadirkannya, meskipun secara global, kecuali Al-Qur’an dan shalawat Nabi saw., sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Asy Syabawi.”

Di sini kami menuturkan dzikir tersebut dengan singkat.

Hendaknya orang yang akan shalat setelah berdiri tegak sunat mengucapkan dengan lidahnya:

“Aku shalat Zhuhur empat rakaat ada’ menghadap kiblat makmum karena Allah Ta’ala. Allahu Akbar.”

Gantilah kata ” الظهر ” dengan shalat lainnya. Jumlah rakaat shalat hendaknya disebutkan agar berbeda dengan shalat lainnya. Namun apabila jumlah rakaat salah dengan sengaja, maka shalat batal sebab yang diniati bukan yang terjadi. 

Menyebutkan jumlah rakaat dalam hati hukumnya sunat, sebagaimana sunatnya menuturkan ada’a dan gadla, meskipun dalam shalat sunat, agar shalat itu berbeda dengan lainnya. Demikian juga sunat menuturkan ” لله تعالى ” untuk menyatakan ikhlas dan karena ada ulama yang mewajibkannya.

Bila menjadi imam, gantilah kata ” اماما ” dengan” مأموما “. Bila shalat sendirian, janganlah mengucapkan satupun dari keduanya. Setelah takbiratul ihram dan setelah diam sebentar, bacalah dengan pelan, baik shalatnya fardlu maupun sunat:

“Saya menghadapkan muka saya kepada Tuhan pencipta langit dan bumi dengan rendah hati dan sejujur-jujurnya sebagai seorang muslim, bukan sebagai seorang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah saya diperintah, dan saya sebagian dari orang Islam.”

Setelah diam sebentar, ucapkan dengan pelan: “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.” Kemudian setelah diam sebentar, ucapkan:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

‘Dengan nama Allah’ yakni dengan dzat Allah atau dengan pertolongan Allah, Raja Agung satu-satunya yang kita sembah, dengan taufik-Nya dan berkah nama-Nya. ‘Yang Maha Pengasih’ yakni yang penciptaan dan pertolongan-Nya merata pada seluruh makhluk. ‘Maha Pemurah’ yakni yang memberikan ridla-Nya hanya kepada mereka yang mencintaiNya dari makhluk.

‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’ yakni Raja seluruh makhluk.

‘Maha Pemurah’ yakni memberikan nikmat kepada seluruh hamba. ‘Lagi Maha Penyayang’ yang memberikan surga hanya kepada para wali-Nya.

‘Yang menguasai hari pembalasan’ “ مالك يوم الدين ” dengan alif artinya Penguasa seluruh urusan pada hari kiamat. ” يوم القيامة ” tanpa alif artinya yang memberikan perintah dan larangan pada hari kiamat tanpa penghalang maupun sekutu. Penyebab kelima Asma disebutkan adalah seakan-akan Allah berfirman: “Pertama kali Aku menciptakanmu, maka Aku-lah Allah. Kemudian Aku mendidikmu dengan nikmat, maka Allah Tuhan. 

Kemudian kamu durhaka, lalu Aku menutupi dosamu, maka Aku-lah Maha Pemurah. Kemudian Aku menerima taubatmu, maka Aku-lah Maha Penyayang. Kemudian Aku pasti membalasmu, maka Aku-lah Penguasa hari pembalasan.”

‘Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan’ kami hanya menyembah Engkau dengan meyakini keesaan-Mu, menaatiMu dengan anggota badan kami dan kami hanya meminta pertolongan-Mu untuk beribadah dan lainnya.

‘Tunjukilah kami jalan yang lurus’ tambahkanlah petunjuk kepada kami menuju agama yang benar dan jadikanlah kami selalu mendapat petunjuk terhadapnya. ‘ Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka’ berupa hidayah, yaitu para nabi, shiddig, syahid dan orang saleh. ‘Bukan (jalan) mereka yang dimurkai’ yakni kaum Yahudi, sebab Allah berfirman:

“Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) disisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Tagut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (OS Al Maidah: 60)

‘Dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat’ yakni kaum Nasrani, sebab Allah berfirman:

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orangorang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” (OS Al Maidah: 77)

Dan karena Nabi saw. bersabda:

“Sesungguhnya orang-orang yang dimurkai adalah Yahudi dan sesungguhnya orang-orang yang sesat adalah kaum Nasrani.” (HR. Ibnu Hibban)

Setelah diam sebentar, ucapkan: Yakni ya Allah kabulkanlah doa kami.

Setelah itu, bacalah surat dari Al-Qur’an setelah diam sebentar bila sendirian dan setelah diam yang lama kirakira seperti lamanya membaca Al Fatihah bila imam, agar makmum membaca Al Fatihah dan agar makmum mendengar bacaan imam setelah itu. Sebagian ulama berkata: “Pada saat diam tersebut, imam disunatkan mengucapkan:

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dengan kesalahankesalahanku seperti Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seperti pakaian yang putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, bersihkan kesalahan-kesalahanku dengan air, es dan embun.”

Artinya bersihkanlah aku dari dosa-dosa. Penuturan hal-hal di atas adalah agar sangat dibersihkan. Doa tersebut disunatkan setelah takbiratul ihram dan termasuk doa iftitah.

Setelah diam sebentar, ucapkan ketika akan ruku' سبحن ربى العظيم وبحمده ‘. Setelah berada dalam posisi ruku’, ucapkan tiga kali, meskipun menjadi imam: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya.”

Maha Agung artinya yang tidak ada permulaan bagi keagungan-Nya dan kebesaran-Nya tidak ada akhir. Maka Allah-lah yang sempurna dzat dan sifat-Nya. ‘Dengan memujiNya’ artinya aku mensucikan-Nya disertai memuji-Nya. Tiga kali adalah kesempurnaan minimal dan paling sedikit adalah sekali. Yang paling sempurna adalah sebelas kali, di bawahnya sembilan kali, tujuh kali dan lima kali.

Ketika akan i’tidal, ucapkan: “Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”

Yakni semoga Engkau menerima pujian dari orang tersebut. Ketika ingin i’tidal, ucapkan ” سمع الله لمن حمده ” lalu ucapkan setelah tegak berdiri:

“Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang memenuhi langit, memenuhi bumi dan memenuhi sesuatu yang Engkau kehendaki setelah keduanya.”

Yakni puji yang banyak, suci dan diberkahi. Contoh benda setelah bumi dan langit adalah Kursi, Arasy dan lainnya yang seluruhnya hanya diketahui oleh Allah. Ucapan di atas disunatkan meskipun bagi imam, yakni baik makmum rela imam shalat lama ataupun tidak. Lain halnya menurut ulama yang berkata: “Yang disunatkan bagi imam hanyalah ucapan ” “

Ketika akan sujud pertama, ucapkan ” سبحن ربى الاعلى وبحمده “, lalu ucapkan ketika sujud pertama tiga kali, sebagaimana dalam ruku’: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya.”

Yakni Tuhan yang sangat tinggi derajat-Nya, sampai tidak ada derajat di atasnya. Rahasia penggunaan kata ‘” العظيم  ” untuk ruku’ dan kata ” الاعلى  “untuk sujud adalah kata ” الاعلى ” berbentuk af’al tafdlil, sedangkan sujud adalah puncak tawadlu’, sebab kening yang merupakan anggota badan paling mulia diletakkan pada tempat berpijaknya telapak kaki. jtulah sebabnya, sujud lebih utama daripada ruku’, sebagaimana dijelaskan oleh Ar Ramli.

Ucapkan” الله أكبر  ” ketika akan duduk, kemudian ucapkan ketika telah bangkit:

“Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, tamballah aku, angkatlah aku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, . sehatkanlah aku dan maafkanlah aku.”

“Ampunilah aku” yakni tutupilah dosaku. “Rahmatilah aku” dengan rahmat yang luas sehingga aku meraih derajat yang tinggi. “Tamballah aku” yakni cukupilah aku dengan menutupi kemelaratanku. “Angkatlah aku” ke derajat tertinggi. 

“Berilah aku rezeki” dengan rezeki arwah dan badan, yaitu ilmu, makrifat, makanan pokok, pakaian dan lainnya. “Berilah aku petunjuk” tetapkanlah aku atas hidayah Islam, nikmat paling besar. “Sehatkanlah aku” yakni jauhkanlah segala sesuatu yang tidak aku suka dariku. “Maafkanlah aku” yakni hapuslah dosa dariku. Perbedaan antara “ المغفرة “(ampunan) dan ” العفو  (maaf) adalah yang kedua bisa terjadi setelah siksa, sedangkan yang pertama tidak mungkin beserta siksa.

Orang yang shalat sendirian dan makmum yang imamnya melamakan shalatnya dianjurkan menambahkan:

“Tuhanku, berilah aku hati yang takwa, bersih dan bebas dari syirik, bukan yang kafir maupun yang celaka.”

Demikian juga sunat menambahkan doa di bawah ini menurut pendapat sebagian ulama:

“Tuhanku, ampunilah, rahmatilah dan maafkanlah apa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Mulia dan Maha Mulia.”

Ketika akan sujud kedua, ucapkan ” ألله اكبر “, kemudian ucapkan ketika sujud tiga kali:

“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya.”

Ketika ingin berdiri rakaat kedua, ucapkan ” ألله اكبر ” Takbir sunat dipanjangkan sampai rukun berikutnya agar tidak ada bagian dari shalat yang kosong dari dzikir, sebab tidak ada diam dalam shalat. Namun pemanjangan itu tidak boleh lebih dari tujuh alif, sebab tidak ada panjang lebih dari itu. Jika panjang lebih dari tujuh alif, maka haram.

Apa yang disebutkan mulai pembicaraan tersebut adalah satu rakaat. Pada rakaat selanjutnya, lakukanlah sebagaimana tadi, kecuali niat dan takbiratul ihram. Keduanya hanya ada pada rakaat pertama. Apabila shalatnya lebih dari dua rakaat, maka dianjurkan untuk duduk tasyahhud awal pada rakaat kedua. Pada duduk tersebut, ucapkan:

“Penghormatan yang diberkati, shalat dan amal saleh adalah milik Allah. Salam, rahmat dan berkah Allah untukmu wahai Nabi. Salam untuk kami dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Ya Allah, bershalawatlah Engkau kepada Muhammad.”

Demikianlah riwayat Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. Sedangkan riwayat Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw. adalah: “Penghormatan, rahmat dan amal saleh adalah milik Allah.”

Riwayat Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi saw. adalah: “Penghormatan, amal saleh dan rahmat adalah milik Allah “

Syahadat kedua menurut riwayat Ibnu Mas’ud ra. adalah  “Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Demikian juga menurut riwayat Abu Musa, namun tanpa kata “ أشهد ” Demikian penjelasan An Nawawi dalam Al Adzkar.

Ketika ingin berdiri rakaat ketiga, ucapkan ” ألله اكبر "  Kemudian hendaknya berdiri dan melakukan sisa rakaat shalat, baik ketiga maupun keempat dan caranya sama dengan rakaat kedua. Hanya saja tidak perlu membaca surat setelah tasyahhud awal selain bagi makmum masbug (makmum yang jumlah rakaatanya tidak sama dengan imam). 

Sedangkan bagi makmum masbug, jika dia bisa membaca surat bersama imam, dia sunat membacanya pada rakaat pertama atau keduanya. bila tidak bisa pada rakaat tersebut, maka dia sunat membacanya pada dua rakaat terakhir dari shalatnya agar shalatnya tidak kosong dari surat. Dia sunat membaca surat tersebut dua kali pada rakaat ketiga Maghrib sebagai ganti pembacaan surat pada dua rakaat pertama.

Apabila seluruh rakaat telah dilakukan, baik tiga maupun empat, maka duduklah dengan duduk terakhir. Yang terbaik adalah duduk tawaruk, kecuali bila ingin melakukan’sujud sahwi karena melakukan hal yang menyebabkan sujud sahwi, maka yang terbaik iftirasy. Selain duduk terakhir, yang terbaik adalah iftirasy, baik yang shalat lelaki maupun wanita. Pada duduk terakhir tersebut, ucapkan:

“Penghormatan yang diberkati, shalat dan amal saleh adalah milik Allah. Salam, rahmat dan berkah Allah untukmu Wahai Nabi. Salam untuk kami dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh, Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad uutusan Allah. Ya Allah, bershalawatlah 

Engkau kepada Muhammad, hamba dan utusan-Mu dan nabi yang umi dan kepada keluarga Muhammad, istrinya dan anak cucunya. Sebagaimana Engkau bershalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Berkahilah Muhammad nabi yang umi dan kepada keluarga Muhammad, istrinya dan anak cucunya. Sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim di alam semesta. 

Sesungguhnya Engkau Maha Memuji dan Maha Agung. Ya Allah, ampunilah untukku apa yang aku dahulukan, apa yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan, apa yang aku tampakkan, apa yang aku berlebihan dan apa yang lebih Engkau ketahui daripada aku. Engkau-lah Yang mendahulukan dan Engkau-lah Yang mengakhirkan. 

Tiada tuhan selain Engkau. Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari siksa neraka. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati, dari fitnah Masih Dajjal.”

“Penghormatan” adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menghormati orang lain, yaitu salam dan sanjungan sebagai raja dan sanjungan dengan kebesaran. Tujuannya adalah memuji Allah, bahwa Dia pemilik seluruh penghormatan dari makhluk. ‘Yang diberkati’ artinya yang bertambah. ‘Salam’ adalah keselamatan dari cacat dan sejenisnya. ‘Untuk kami’ yakni para hadirin, yaitu imam, makmum, malaikat, jin dan manusia. 

‘Hamba-hamba Allah yang saleh’ adalah orang yang menunaikan kewajibannya kepada Allah dan kepada sesama hamba. ” yang terbaik adalah” untuk menunjukkan kesopanan kepada junjungan kita itu. “Keluarga Ibrahim” adalah Ismail, Ishag dan anak-anak keduanya. “Di semesta alam” yakni ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan jadikanlah semesta alam bershalawat kepadanya. 

Atau maksudnya khususkanlah shalawat bagi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Al Maihi dari Al Jamal. “Sesungguhnya Engkau Maha Memuji” yakni memuji ketaatan hamba dengan memberikan pahala dan memuji Dzat-Nya sendiri. 

Yakni Engkau agung, pemilik perbuatan yang indah, pemurah dan pemberi anugrah. Maka berilah kami apa yang kami minta dan janganlah Engkau tolak. Shalawat di atas adalah riwayat dari Ka’b bin Ujrah ra. dan lainnya dari Nabi saw., sebagaimana dijelaskan An Nawawi.

“Ya Allah, ampunilah untukku apa yang aku dahulukan” dari dosa. “Apa yang aku akhirkan” dari dosa apabila terjadi. “Apa yang aku rahasiakan” yakni aku sembunyikan dari perbuatan maksiat. “Apa yang aku tampakkan” aku lahirkan dari maksiat. “Apa yang aku berlebihan” dengan melakukan hal yang tidak ada gunanya, baik dosa maupun tidak, misalnya bermain-main. 

Perbuatan tersebut diserupakan dengan israf. “Dan apa yang lebih Engkau ketahui daripada aku. Engkaulah Yang mendahulukan dan Engkau-lah Yang mengakhirkan” Engkau-lah yang pada hakekatnya membuat apa yang terdahulu maupun yang belakangan dari aku.

Doa ini mulai dari awal sampai ” لاَاِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ ” adalah doa yang terakhir kali diucapkan oleh Nabi saw. antara tasyahhud dan salam menurut riwayat Muslim dari Ali, sebagaimana dijelaskan oleh An Nawawi dalam Al Adzkar.

‘Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia’ yaitu ilmu dan ibadah atau rezeki yang halal. ‘Dan kebaikan di akhirat’ yaitu surga atau ampunan dan pahala. ‘Dan Jagalah kami dari siksa neraka’ dengan tidak masuk neraka sama sekali. Ali ra. berkata: “Kebaikan di dunia adalah wanita selaheh dan kebaikan di akhirat adalah surga dan bidadari. 

Siksa neraka adalah wanita yang buruk.” Sebenarnya doa ini “tidak ditutur-kan oleh ulama dalam fikih maupun hadits menurut sepengetahuanku, namun doa ini baik, sebab disebutkan di dalam Al-Qur’an, di samping merupakan doa terbaik ketika thawaf. 

An Nawawi berkata dalam Al Adzkar: “Orang yang shalat boleh meminta apa yang dia inginkan dari urusan dunia dan akhirat dan dia boleh berdoa dengan doa-doa resmi maupun doa yang ia susun sendiri. Berdoa dengan doa resmi lebih utama.”

Aisyah ra. meriwayatkan, bahwa Nabi saw. berdoa ketika shalat:

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari Masih Dajjal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan hutang.”

Doa seperti ini ada dalam sebagian redaksi kitab ini. Makna Masih adalah mengelilingi seluruh dunia, kecuali Makah, Madinah, Masjid Al Aqsha dan gunung Sinai. Dajjal juga disebut Masih (dengan) karena matanya buta satu. 

Arti Dajjal adalah pendusta atau pencampur aduk perkara. Ad Damiri berkata: “Doa ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah dan sebagian ulama mewajibkannya. Thawus bahkan menyuruh orang shalat untuk mengulangi shalatnya jika tidak berdoa dengan doa ini.” Ini termasuk doa resmi yang paling baik. 

Doa terbaik lainnya adalah doa yang diriwayatkan Abu Bakar ra. dan diajarkan oleh Nabi saw. kepada beliau, yaitu:

“Ya Allah, sesungguhnya aku menganiaya diriku dengan antaya yang banyak dan besar dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau. Maka berilah aku ampunan dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

Juga doa berikut yang diperintahkan di setiap tempat:

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu maaf dan kesehatan. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu petunjuk, takwa, wirai dan kecukupan.” Sebagaimana dituturkan oleh An Nawawi dalam Al Adzkar.

Termasuk doa yang dianjurkan setelah tasyahhud adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw., yaitu :

“Ya Allah, satukanlah hati kami, damaikanlah kelompok kami yang bertengkar, tunjukkanlah kami ke jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya, jauhkanlah kami dari hal-hal keji baik yang samar maupun yang tampak, berkahilah kami dalam telinga kami, mata kami, hati kami, istri kami dan anak cucu kami dan terimalah taubat kami. 

Sesungguhnya Engkau-lah Maha Penerima taubat dan Maha Pemurah. Jadikanlah kami mensyukuri nikmat-Mu, menyanjung dengannya dan menerimanya dan sempurnakanlah nikmat itu bagi kami.”

Doa ini sebaiknya banyak dibaca di luar shalat juga, sebab mampu mempersatukan hati banyak orang, sebagaimana dituturkan oleh sebagian wali.

Setelah itu, lakukan salam dengan mengucapkan:

“Salam, rahmat dan berkah Allah untuk kalian.” Kata terakhir yaitu ” وبركاته ” tidak ada dalam sebagian besar redaksi kitab ini, sebab ulama fikih tidak menyunatkannya. Namun kata tersebut termaktub di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Wail ra, dia berkata: “Aku shalat bersama dengan Nabi saw., lalu beliau melakukan salam ke kanan: ” السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ” dan ke kiri: ”  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته ” 

Demikian dituturkan oleh Ibnu Hajar Al Asgalani di dalam Bulugh Al Maram. Ahmad bin Hajar Al Haitami berkata dalam Fath Al Jawad: “Salam ke kanan dan ke kiri sunat disertai dengan kata ” بِرَحْمَةِ الله “ tanpa ” وَبَرَكَاتُه ” menurut hal yang termaktub. Namun sunat menambahkan ” وَبَرَكَاتُه ” karena disebutkan dalam banyak riwayat.”

Sunat memisahkan antara salam pertama dan salam kedua, sebab yang pertama fardlu dan yang kedua sunat. Yang terbaik bagi makmum adalah mengakhirkan salam sampai imam menyelesaikan dua salam. Jika imam hanya melakukan satu salam, maka makmum tetap sunat dua salam, sebab makmum keluar dari jama’ah dengan salam pertama. Lain halnya tasyahhud awal, jika imam tidak melakukannya, makmum tidak boleh melakukannya, sebab makmum harus mengikuti imam sebelum salam.

Semoga Allah bershalawat dan bersalam kepada junjungan kita Muhammad dan kepada keluarga serta sahabatnya. Semoga puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Amin. Kami meminta kepada Allah agar menggabungkan kita dengan kelompok mugarrabin. 

Semoga Allah menerima syarah ini dan menjadikannya berguna bagi banyak orang dan semoga Allah melindungi aku dan karanganku dengan Asma A’zham-Nya agar aku meraih seluruh kebaikan. 

Sesungguhnya Dia Maha Derma, Pemberi anugrah dan Mulia. Semoga Allah mencurahkan shalawat, salam dan berkah terbaik kepada junjungan kita Muhammad, keluarganya, sahabatnya, istrinya dan anak cucunya, sebagaimana Dia bershalawat, bersalam dan memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya sebanyak hal yang diketahui-Nya dan sebanyak tinta kaliamt-Nya, selama masih ada yang ingat Allah dan ada yang lupa kepadaNya. 

Cukuplah Allah bagi kita dan Dia-lah yang terbaik yang diserahi. Tiada daya maupun upaya, kecuali dengan petolongan Allah Yang Tinggi dan Agung.”


Demikian bab terakhir yang terdapat pada kitab Sulam Munajat, yakni Dzikir Shalat, Terjemah Sulam Munajat, semoga dapat dipahami dengan mudah, dan dapat mempermdah dalam memahami isi kitab Sulam Munajat.

Tetap ikuti Situs San3kalongbm.com untuk mendapatkan update informasi seputar Religi dan terjemah kitab-kitab pesantren salaf. Wallahu A'lam bisowab.....

Terimakasih, Wassalam .....San3kalongbm 

Post a Comment for "Dzikir Shalat, Terjemah Sulam Munajat"