Bab Sholat Janazah, Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far
San3kalongbm.com - Bab Sholat Janazah, Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far. Terjemahan kitab kuning sangat diperlukan sebagai pendamping dalam mempelajari juga memperdalam pengertian-pengertian dalam kitab kuning tersebut.
Bab Sholat Janazah |
Jika kemampuan dalam membaca kitab-kitab klasik yang berbasis pesantren salaf masih kurang, tidak ada salahnya menggunakan terjemahan kitab ini sebagai pendamping kitab kuning yang sedang dipelajari.
Pada artikel yang lalu Terjemah Mabadi Juz 1 - 3 sudah selesai, karena banyaknya tugas admin maka baru kali ini dapat update Bab Sholat Janazah, Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far, Sebagai lanjutan dari terjemah sebelumnya.
Sebagaimana biasa kita jumpai dalam kitab-kitab fiqih bab yanr pertama dibahas yaitu Bab Bersuci atau Thoharoh, seperti halnya pada kitab Mabadi Fiqih Juz 4 ini. Berikut Bab Sholat Janazah lanjutan Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far.
Bab Sholat Janazah صلاة الجنازة
مَا يَجِبُ لِلْمَيِّتِ : غَسْلُ الْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ وَتَكْفِيْنُهُ وَحَمْلُهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ
Perkara yang wajib bagi mayat : memandikan mayat seorang yang islam , memberinya kain kafan , membawanya ke kubur , mensholatinya , dan menguburnya, itu semua hukumnya fardlu kifayah .
كَيْفِيَّةُ الْغُسْلِ : يُغْسَلُ الْمَيِّتُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ : الْاُوْلَى بِسِدْرٍ أَوْ صَابُوْنٍ وَالثَّانِيَةُ بِمَاءٍ قَرَاحٍ وَالثَّالِثَةُ فِيْهَا قَلِيْلٌ كَافُوْرٍوَالْأَفْضَلُ أَنْ يُكَفَّنَ الرَّجُلُ فِي ثَلَاثِ لَفَائِفَ لَيْسَ فِيْهَا قَمِيْصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ وَالْْمَرْأَةُ تُكَفَّنُ بِإِزَارٍ وَخِمَارٍ وَقَمِيْصٍ وَلَفَتَيْنِ
Cara memandikan : mayat itu dimandikan tiga kali, yang pertama dengan daun bidara atau sabun, yang kedua dengan air murni yakni tanpa campuran suatu apapun, dan yang ketiga dengan sedikit campuran kapur barus.
كَيْفِيَّةُ الصَّلَاةِ عَلَى الْمَيِّتِ :
- نِيَّةُ الصَّلَاةِ عَلَى الْمَيِّتِ
- التَّكْبِيْرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ
- قِرَاءَةُ الْفَتِحَةِ بَعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الْأُوْلَى
- الصَّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ بََعْدَ التَّكْبِيْرَةِ الثَّانِيَةِ
- الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ
- السَّلَامُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ
Cara menshalati mayat :
- Niat menshalati mayat
- Takbir empat kali pada mayat
- Membaca al fatihah setelah takbir yang pertama
- Membaca sholawat kepada nabi setelah takbir yang ke dua
- Membaca doa untuk mayat setelah takbir ke tiga
- Salam setelah takbir ke empat .
الشَّهِيْدُ وَالسِّقْطُ : لََا يُغْسَلُ الشَّهِيْدُ فِيْ حَرْبٍ مَعَ الْكُفَّارِ وَلَا يُصَلَّى عَلَيْهِ وَالسِّقْطُ يُغْسَلُ اَنْ نُفِخَ فِيْهِ الرُّوْحُ وُيُصَلَّى عَلَيْهِ اِنْ صَرَخَ
Orang yang mati syahid dan lahir keguguran : orang yang mati syahid didalam peperangan memerangi orang kafir itu tidak boleh dimandikan dan tidak boleh dishalati, adapun anak yang mati keguguran itu dimandikan tanpa dishalati mayatnya jika rohnya sudah ditiupkan dalam tubuhnya atau sudah bergerak gerak waktu lahir, dan selain memandikan juga menshalati apabila anak itu menjerit yakni terdengar suara sewaktu dilahirkan sekalipun hanya perlahan lahan
تَشْيِيْعُ الْمَيِّتِ : سُنَّةٌ وَيُسْتَحَبُّ لِلْمُشَيِّعِ أَنْ يَتَقَدَّمَ اَمَامَ الْجَنَازَةِ وَيُكْرَهُ رَفْعُ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ وَقِرَاءَةِ اْلقُرْاَنِ وَمَنْ اَرَادَ اَنْ يَذْكُرَ اللهَ فَيَذْكُرْهُ فِي سِرِّهِ لقوله صلى لله عليه وسلم لَا تَتْبَعُوْا الْجَنَازَةَ بِصَوْتٍ وَلَا نَارٍ
Mengantarkan mayat: mengantarkan mayat itu hukumnya sunah dan disunahkan bagi orang yang mengantarkan mayat supaya berjalan lebih dulu didepan mayat . dan dimakruhkan mengeraskan suara dengan bacaan dzikir dan bacaan Al Qur'an, hendaknya melakukan dzikir tadi dengan sembunyi sembunyi saja , karena sabda nabi SAW: "Janganlah kamu mengikuti jenazah dengan bersuara dan jangan pula dengan membawa api".
دَفْنُ الْمَيِّتِ : يَجِبُ دَفْنُ الْمَيِّتِ مُسْتَقْبِلَا الْقِبْلَةَ وَيُسَنُّ فِيْ لَحْدٍ وَيُسَطَّحُ الْقَبْرُ بَعْدَ أَنْ يُعَمَّقَ وَلاَ يُبْنَى عَلَيْهِ وَلَا يُجَصَّصُ وَيَحْرُمُ نَقْلُ الْمَيِّتِ قَبْلَ دَفْنِهِ إِلَى مَحَلٍّ أَخَرَ لِيُدْفَنَ فِيْهِ .وَلَوْ أُمِنَ تَغَيُّرُهُ إِلَّا إِنْ جَرَتِ الْعَادَةُ بِدَفْنِ الْمَوْتَى فِيْ غَيْرِ بَلْدَتِهِمْ أَوْ كَانَ مَوْتُهُ قَرِيْبًا مِنْ مَكَّةَ أَوِ الْمَدِيْنَةِ
Mengkuburkan mayat: wajib mengkuburkan mayat dengan menghadapkan qiblat dan disunahkan meletakkan pada liang lahad, disunahkan pula supaya kuburannya itu diratakan sesudah di perdalamkan penggaliannya, kuburan itu jangan diberi bangunan apa apa di atasnya, dan jangan pula diperkuat dengan dinding.
Dan diharamkan memindah mayat itu sebelum dikuburkan untuk dibawa ke tempat yang lain agar dapat dikuburkan ditempat yang lain tersebut, sekalipun dianggap aman perubahannya kecuali apabila menurut adat istiadat dikalangan penduduk daerah bahwa mengkuburkan orang orang mati dilakukan di negeri selain negeri mereka sendiri atau kematian mayat itu dekat tempatnya dengan kota mekkah atau madinah maka boleh dipindahkan kekedua kota tersebut.
الْبُكَاءُ عَلَى الْمَيِّتِ : يَجُوْزُ الْبُكَاءُ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نُوْحٍ وَلَا شَقِّ ثَوْبٍ وَلَا ضَرْبِ خَدٍّ
Menangisi mayat : boleh saja menangisi mayat itu, asalkan tanpa menyatakan ratapan, tanpa merobek robek pakaian, dan tanpa memukul-mukul pipi sendiri .
التَّعْزِيَةُ : تَعْزِيَةُُ صَاحِبَ الْمُصِيْبَةِ سُنَّةٌ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ وَيُسْتَحَبُّ أَنْ تَعُمُّ التَّعْزِيَةُ جَمِيْعَ أَقَارِبِ الْمَيِّتِ
Takziyah: melakukan takziyah atau menyatakan berduka cita kepada orang yang terkena musibah itu hukumnya sunah, yaitu sejak dikuburnya mayat sampai tiga hari sesudahnya, juga disunahkan agar supaya melakukan takziyah itu diratakan kepada seluruh kerabat mayat.
الذَّبْحُ وَالطَّعَامُ : يُسْتَحَبُّ لِجِيْرَانِ أَهْلِ الْمَيِّتِ وَاَصْدِقَائِهِمْ اَنْ يَصْنَعُوْا لَهُمْ طَعَامًا وَيَبْعَثُوْنَ بِهِ إِلَيْهِمْ وَيُلِحُّوْنَ عَلَيْهِمْ فِي الْأَكْلِ لِأَنَّ الْحُزْنَ قَدْ يَمْنَعُهُمْ عَنْهُ
Menyembelih dan membuat makan: disunahkan bagi tetangga keluarga mayat dan kawan kawannya, agar supaya mereka membuat makanan untuk keluarga mayat yang ditinggalkan, dan mengirimkan makanan itu kepada mereka, juga menyuruh mereka dengan paksa agar suka makan, sebab kesedihan itu adakalanya mencegah mereka dari makan, maksudnya karena adanya kesedihan ditinggalkn salah seorang keluarga yang mati lalu tidak suka makan.
أَمَّا اْلاِجْتِمَاعُ فِيْ بَيْتِ الْمَيِّتِ وَإِعْدَادُ الطَّعَاِم لِمَنْ يَجْتَمِعُ لِلتَّعْزِيَةِ فَلَا يَجُوْزُ لِقَوْلِ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كُنَّا نَعُدُّ الْاِجْتِمَاعَ اِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصُنْعَهُمُ الطَّعَامَ مِنَ النِّيَاحَةِ
Adapun berkumpul dalam rumah mayat dan mempersiapkan makanan untuk orang orang yang berkumpul sewaktu bertakziyah, maka hal itu tidak dibolehkan, karena hadist jarir bin abdullah yang artinya: kita semua ini menganggap bahwa berkumpul ke tempat keluarga mayat dan keluarga itu membuatkan makanan untuk orang orang yang berkumpul itu termasuk ratapan pada mayat.
Demikian Bab Sholat Janazah, Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far, Semoga terjemahan kitab mabadi juz 4 ini dapat bermanfaat dalam mempelajari dan memahami kitab mabadi fiqih tersebut.
Untuk mendapatkan bab selanjutnya terjemah mabadi fiqih juz 4 yaitu Zakat yang akan admin bagikan setelah bab ini.
Tetap ikuti Blog San3kalongbm.com untuk mendapatkan update informasi seputar Religi dan terjemah kitab-kitab pesantren salaf. Demikian Terjemah lengkap kitab Mabadi Fiqih Juz 4, semoga bermanfaat, Wallahu A'lam bisowab.....
Terimakasih, Wassalam .....San3kalongbm
Post a Comment for "Bab Sholat Janazah, Terjemah Kitab Mabadi Fiqih Juz 4 Karya Syaikh Umar Abdi Ja'far"