Kaidah Ke-Limabelas (15) Qowaidul I'lal Asalnya Lafadz مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ
San3kalongbm.com- Kaidah Ke-Limabelas (15) Qowaidul I'lal Asalnya Lafadz مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ - Didalam mempelajari ilmu shorof tidak cukup hanya bermodalkan dengan memahami wazan-wazan fi'il saja. Namun harus juga memahami kaidaah-kaidah dalam I'lal. Sebagaimana dengan arti nama kitab itu sendiri, Qowaid adalah bentuk jamak dari Qoidah yang mempunyai arti dasar, alasan, hukum.
Kaidah Ke-15 Qowaidul I'lal |
Pada postingan sebelumnya admin sudah bagikan kaidah Pertama dan kedua Qowaidul I'lal Asal Lafad صَانَ dan بَاعَ, maka kali ini admin akan berbagi kembali dengan kaidah yang Ke-Empatbelas yaitu Lafadz يُوْسِرَ dan Lafadz مُوْسِرٌ
Jika didalam KBBI Kaidah adalah rumusan asas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti; patokan; dalil. Dengan adanya dalil, patokan azas dan lain sebagainya itu kita dapat dengan mudah untuk mempelajari bahasa Arab.
Dalam Qowaidul I'lal ini terdapat 19 qoidah, maka namanya berubah menjadi jamak Qowaidul I'lal yang artinya kaidah-kaidah didalam berbahasa Arab. Dari kesemuanya tersebut antara lain:
- Kaidah 1 صَانَ dan بَاعَ
- Kaidah 2 يَبِيْعُ وَ يَقُوْمُ
- Kaidah 3 صَائِنٌ , سَئِرٌ , كِسَاءٌ ,بِنَاءٌ
- Kaidah 4 مَيْوِتٌ dan مَرْمِيٌّ
- Kaidah 5 يَرْمِيْ dan يَغْزُوْ
- Kaidah 6 يُزَكِّيْ asalnya يُزَكِّوُ dan يُعَاطِيْ asalnya يُعَاطِوُ
- Kaidah 7 Lafadz يَعِدُ asalnya يَوْعِدُ
- Kaidah 8 رَضِيَ dan غَازٍ
- Kaidah 9 صُنْ" dan "سِرْ
- Kaidah 10 مَدَّ asalnya مَدَدَ
- Kaidah 11 َآمَن asalnya أَأْمَنَ
- Kaidah 12 أَجَابَ asalnya أَجْوَبَ
- Kaidah 13 تَعَاطِيًا dan Lafadz تَعَادِّيًا
- Kaidah 14 يُوْسِرَ dan Lafadz مُوْسِرٌ
- Kaidah 15 مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ
- Kaidah 16 اِصْطَلَحَ , اِضْطَرَبَ , اِطَّرَبَ اِظَّهَرَ
- Kaidah 17 اِدَّرَأَ , اِذَّكَرَ , اِزْدَجَرَ
- Kaidah 18 اِتَّصَلَ , اِتَّسَرَ اِثَّغَرَ
- Kaidah 19 اِتَّرَّسَ، اِثَّاقَلَ، اِدَّثَّرَ، اِذَّكَّرَ، اِزَّجَّرَ، اِسَّمَّعَ، اِشَّقَّقَ، اِصَّدَّقَ، اِضَّرَّعَ، اِظَّهَّرَ، اِطَّاهَرَ
Mari kita bahas Kaidah Ke-Limabelas yang bersumber dari kitab Qowaidul I'lal Lafadz مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ
إِنَّ اسْمَ الْمَفْعُوْلِ إذَا كَانََََ مِنْ مُعْتَلِّ الْعَيْنِ وَجَبَ حَذْفُ وَاوٍ الْمَفْعُوْلِ مِنْهُ عِنْدَ سِيْبَوَيْهِ نَحْوُ مَصُوْنٌ أَصْلُهُ مَصْوُوْنٌ وَ مَسِيْرٌ أَصْلُهُ مَسْيُوْرٌ
"Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ‘Ain (Bina’ Ajwaf) maka wajib membuang wau maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah Ain Fi’ilnya)".
Contoh: مَصُوْنٌ asalnya مَصْوُوْنٌ dan مَسِيْرٌ asalnya مَسْيُوْرٌ
Maksudnya adalah: Ketika ada isim maf'ul dari bina' Mu'tal Ain (bina' Ajwaf), baik Ajwaf wawu atau Ajwaf Ya', maka menurut madzhab Imam Syibawaih, wawu maf'ulnya harus dibuang sebab bertemunya 2 huruf mati. Seperti lafadz "مَصُوْنٌ" dan "مَسِيْرٌ" asalnya adalah lafadz "مَصْوُوْنٌ" dan "مَسْيُوْرٌ".
I'lal Lafadz مَصُوْنٌ
مَصُوْنٌ asalnya مَصْوُوْنٌ mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ harkah wau dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi مَصُوْوْنٌ (lihat i’lal ke 2), kemudian bertemu dua huruf mati (dua wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi) maka menjadi مَصُوْنٌ
I'lal Lafadz مَسِيْرٌ
Lafadz مَسِيْرٌ asalnya مَسْيُوْرٌ mengikuti wazan مَفْعُوْلٌ harkah Ya’ dipindah pada huruf sebelumnya karena ia berharkah dan sebelum ada huruf shahih mati untuk menolak berat maka menjadi مَسُيْوْرٌ, kemudian bertemu dua huruf mati (ya’ dan wau) untuk menolak beratnya mengucapkan maka wau maf’ulnya dibuang (menurut Imam Sibawaehi)maka menjadi مَسِيْرٌ
Kaidah
اِذَا تَحَرَّكَتِ الْوَاوُ وَالْيَاءُ وَكَانَتْ مَا قَبْلَهُمَا مَفْتُوْحَةً اُبْدِلَتَا اَلِفًا نَحْوُ صَانَ وَبَاعَ، هٰذَا اِنْ كَنَتْ حَرْكَتُهُمَا اَصْلِيَّةً، فَاِنْ كَانَتْ عَارِضَةً لَمْ يُعْتَدَّ بِهَا نَحْوُ دَعَوُا الْقَوْمَ، وَاِنْ كَانَتَا غَيْرَ لَامِ الْفِعْلِ يُشْتَرَطُ اَنِ يَكُوْنَ مَا بَعْدَهُمَا غَيْرَ سُكُوْنٍ وَاِلَّا صُحِحَّتَا نَحْوُ بَيَانٍ وَطَوِيْلٍ وَخَوَرْنَقٍ، فَاِنْ كَانَتَا لَامًا وَجَبَ الْاِعْلَالُ مَالَمْ يَكُنِ السَّاكِنُ بَعْدَهُمَا اَلِفًا وَيَاءً مُشَدَّدَةً كَرَمَيَا وَعَلَوِيٍّ وَذٰلِكَ نَحْوُ يَخْشَوْنَ اَصْلُهُ يَخْشَيُوْنَ
"Tatkala ada huruf wawu dan huruf ya' berharakat dan huruf sebelum keduanya difathah, maka keduanya diganti dengan huruf alif, contoh "صَانَ" dan "بَاعَ" (kaidah satu). Ini jika harakat keduanya adalah harakat asli. Jika harakatnya aridl (tidak asli), maka tidak diganti alif, contoh "دَعَوُا الْقَوْمَ".
Jika keduanya bukan berupa lam fi'il, maka disyaratkan bahwa huruf sebelum keduanya bukanlah harakat sukun dan jika tidak maka kedunaya dishahihkan (tidak dii'lalkan), contoh "طَوِيْلٍ", "بَيَانٍ", dan "خَوَرْنَقٍ". Jika keduanya berupa lam fi'il, maka wajib dii'lal selama huruf mati sesudah kedunya tidak berupa huruf alif dan huruf ya' yang ditasydid seperti "رَمَيَا" dan "عَلَوِيٍّ", dan demikian itu (seperti) contoh "يَخْشَوْنَ" asalnya adalah "يَخْشَيُوْنَ"".
Maksudnya adalah: Ketika ada wawu atau ya' hidup (berharakat) yang jatuh setelah fathah, maka harus diganti dengan alif, seperti lafadz "صَانَ" dan "بَاعَ" (kaidah satu).
Demikian itu jika memang harakat wawu atau ya' itu asli. Jika harakat tadi tidak asli tetapi harakat baru, maka tidak harus diganti alif, seperti lafadz "دَعَوُا الْقَوْمَ" asalnya adalah lafadz "دَعَوْا الْقَوْمَ".
Jikalau wawu atau ya' tadi tidak bertempat di lam fi'il, maka disyaratkan harus "huruf yang setelah wawu atau ya' tadi tidak mati". Jika mati, maka wawu atau ya' tadi dibilang shahih [tidak dii'lal) seperti lafadz "طَوِيْلٍ", "بَيَانٍ", dan "خَوَرْنَقٍ".
Jika wawu atau ya tadi bertempat di lam fi'il, juga huruf mati sesudah wawu atau ya' tadi bukan alif dan bukan ya' yang disyaddah (ditasydid) seperti lafadz "رَمَيَا" dan "عَلَوِيٍّ", maka wawu atau ya' yang demikian itu harus dii'lal seperti lafadz "يَخْشَوْنَ" asalnya adalah lafadz "يَخْشَيُوْنَ".
I'lal lafadz "يَخْشَوْنَ"
Lafadz يَخْشَوْنَ asalnya adalah lafadz "يَخْشَيُوْنَ" mengikuti wazan "يَفْعَلُوْنَ". Huruf ya' diganti menjadi alif karena ya' itu berharakat setelah fathah yang sambung di dalam kalimatnya (lihat kaidah satu), maka bertemulah 2 huruf mati yaitu alif dan wawu, maka jadilah lafadz "يَخْشَاوْنَ". Kemudian, huruf alif dibuang untuk menolak bertemunya 2 huruf mati, maka jadilah lafadz "يَخْشَوْنَ".
Demikian Kaidah Ke-Limabelas (15) Qowaidul I'lal Asalnya Lafadz مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ - Untuk kaidah serlanjutnya dapat sobat ikuti blog ini San3kalongbm.com yang selalu memberikan informsai seputar kitab-kitab pesantren dan ilmu alat untuk belajar berbahasa Arab.
Terimakasih, Wassalam ,,,....San3kalongbm
Post a Comment for "Kaidah Ke-Limabelas (15) Qowaidul I'lal Asalnya Lafadz مُصُوْنٌ dan Lafadz مَسِيْرٌ"