Hadits Ke-17, Tentang Keutamaan Orang Sakit, Terjemah Kitab Mawaidul 'Ushfuriyah
San3kalongbm.com - Hadits Ke-17, Tentang Keutamaan Orang Sakit, Terjemah Kitab Mawaidul 'Ushfuriyah - Di saat manusia mendapatkan nikmat sehat terkadang manusia lupa akan siapa dirinya, namun jika manusia diberi rasa sakit seringkali manusia teringat kembali siapa sebenarnya dirinya. aat mnenjelang sakit Allah SWT mengutus malaikat untuk mengambil kekuatannya, rasa lezat mulutnya, dan seterusnya, Sebagaimana yang ada pada Hadits Ke-17, Tentang Keutamaan Orang Sakit.
Dari Sahabat Umamah Al-Bahili ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا مَرَضَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ أَمَرَ اللّٰهُ تَعَالٰى الْمَلَائِكَةَ أَنِ اكْتُبُوْا لِعَبْدِيْ أَحْسَنَ مَا كَانَ يَعْمَلُ فِى الصِّحَّةِ وَالرَّخَاءِ
Artinya: "Tatkala seorang hamba mukmin sakit, maka Allah Yang Maha Luhur memerintahkan para malaikat, "Catatlah untuk hamba-Ku sebaik-baik amal yang ia kerjakan di waktu sehat dan bugar"".
➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢
Di dalam khobar lainnya, tatkala seorang hamba (laki-laki) mukmin dan hamba (wanita) mukmin sakit, maka Allah Yang Maha Luhur mengutus padanya 4 malaikat sebelum sakit. Lalu Allah Yang Maha Luhur memerintahkan salah satu dari 4 malaikat itu untuk mengambil kekuatannya. Malaikat pertama itu pun mengambil kekuatannya atas perintah Allah Yang Maha Luhur, ia pun menjadi lemah.
Allah memerintahkan malaikat kedua untuk mengambil lezatnya makanan dari mulutnya. Allah memerintahkan malaikat ketiga untuk mengambil cahaya wajahnya, maka ia pun menjadi pucat wajahnya. Dan Allah memerintahkan malaikat keempat untuk mengambil semua dosa-dosanya, maka ia pun menjadi suci dari dosa-dosa.
Lalu tatkala Allah menghendaki untuk menyembuhkannya, maka Allah Yang Maha Luhur memerintahkan malaikat yang mengambil kekuatannya untuk mengembalikan kekuatan itu padanya. Allah memerintahkan malaikat yang mengambil lezatnya makanan untuk mengembalikan lezatnya makanan itu padanya.
Allah memerintah malaikat yang mengambil cahaya wajahnya untuk mengembalikan cahaya wajah itu padanya. Dan Allah Yang Maha Luhur tidak memerintah malaikat yang mengambil dosa-dosanya untuk mengembalikan dosa-dosa itu padanya.
Tersungkurlah malaikat keempat dalam keadaan bersujud kepada Allah Yang Maha Luhur, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, kami adalah 4 malaikat dalam melaksanakan perintahmu. Engkau memerintahkan mereka (ketiga malaikat) untuk menyerahkan apa yang telah mereka ambil darinya. Lalu mengapa Engkau tidak memerintahkanku untuk mengembalikan padanya dosa-dosa yang telah aku ambil ?".
Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menjawab, "Tidaklah baik bagi kemuliaan-Ku untuk memerintahkanmu mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku memayahkan dirinya di dalam sakit".
Lalu malaikat itu (keempat) bertanya, "Wahai Tuhanku, apa yang harus aku perbuat dengan dosa-dosa itu ?". Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menjawab malaikat itu, "Pergilah dan buanglah dosa-dosa itu ke laut".
Malaikat itu pun pergi dan membuang dosa-dosa itu ke laut dan Allah Yang Maha Luhur menciptakan seekor buaya (atau sejenis reptil laut) di dalam laut dari dosa-dosa itu. Jikalau hamba itu pergi menuju akhirat, maka ia keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa-dosa, sebagaimana Nabi SAW bersabda:
حُمَّى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ كَفَّارَةُ سَنَةٍ
Artinya: "Sakit panas sehari semalam adalah penebus (penglebur) dosa setahun".
➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢➢
Ilustrasi Gurun Pasir,Sumber Pixabay |
Dikisahkan, sesungguhnya pada masa Bani Israil ada seseorang yang fasik lagi durhaka dan ia tidak bisa mencegah kefasikannya, sedangkan penduduk kotanya merasa lemah (tidak mampu) untuk menolak kefasikannya. Mereka pun berdoa merendahkan diri kepada Allah Yang Maha Luhur.
Lalu Allah Yang Maha Luhur memberikan wahyu kepada Nabi Musa, "Sesungguhnya di dalam Bani Israil ada seorang pemuda yang fasik, maka usirlah ia dari kota mereka sehingga api neraka tidak terjatuh pada mereka".
Datanglah Nabi Musa as dan mengusirnya. Pemuda itu pun pergi sebuah desa dari beberapa desa, lalu Allah Yang Maha Luhur memerintahkan Nabi Musa untuk mengusirnya dari desa itu, Nabi Musa as pun mengusirnya dari desa itu. Keluarlah pemuda itu ke padang pasir dan tempat yang di dalamnya tidak ada makhluk hidup, tidak ada burung, dan tidak ada hewan buas.
Lalu pemuda itu terjatuh sakit di padang pasir itu dan tiada seseorang yang menolongnya. Terjatuhlah ia di atas tanah dan ia berkata di dalam sakitnya,
"Wahai Tuhanku, jikalau ada ibuku di sisi kepalaku, niscaya ia akan mengasihiku dan menangis karena tempat hinaku.
Jikalau ayahku hadir di sisiku, niscaya ia akan menolongku, memandikanku, dan mengkafaniku.
Jikalau istriku ada di sisiku, niscaya ia akan menangis karena perpisahanku.
Jikalau ada anak-anakku di sisiku, niscaya mereka akan menangis di belakang jenazahku dan berdoa, "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang diasingkan, lemah, bermaksiat, fasik, lagi diusir dari kota ke kota lainnya, dari kota ke desa, dari desa ke padang pasir. Ia keluar dari dunia ke akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali dari rahmat Allah Yang Maha Luhur"".
Pemuda itu berkata, "Ya Allah, jikalau Engkau telah memutusku dari ibuku, anak-anakku, dan istriku, maka janganlah Engkau memutuskanku dari rahmat-Mu. Dan (jikalau) Engkau telah membakar hatiku dengan perpisahan mereka maka janganlah Engkau membakarku di dalam api neraka-Mu karena maksiatku".
Lalu Allah mengutus kepadanya seorang bidadari dengan sifat ibunya, seorang bidadari dengan sifat istrinya, seorang ghilman (para pelayan kecil surga) dengan sifat anak-anaknya, dan Allah mengutus seorang malaikat dengan sifat ayahnya. Lalu mereka semua duduk di sisinya, menangisi pemuda itu seolah-olah mereka adalah anak-anaknya, istrinya, ibunya, dan ayahnya. Legalah hatinya dan ia berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau memutuskanku pada rahmat-Mu karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Pemuda itu pun sampai pada rahmat Allah dalam keadaan suci lagi diampuni. Lalu Allah Yang Maha Luhur memberikan wahyu kepada Nabi Musa as, "Pergilah ke padang pasir ini dan tempat ini, telah meninggal dunia di dalamnya seorang kekasih dari kekasih-kekasih-Ku. Lalu mandikanlah ia, kafanilah ia, dan sholatilah ia".
Ketika Nabi Musa as telah datang ke tempat itu, maka ia pun melihat seorang pemuda yang telah ia usir dari kota dan dari desa atas perintah Allah Yang Maha Luhur, dan ia melihat para bidadari menangisinya. Lalu Nabi Musa pun bertanya, "Wahai Tuhanku, bukankah ia adalah pemuda yang fasik itu, yang mana aku telah mengusirnya dari kota atas perintah-Mu".
Allah Yang Maha Luhur menjawab, "Iya wahai Nabi Musa, tetapi Aku telah merahmati dan mengampuninya karena ia merintih di dalam sakitnya dan karena ia berpisah dari tanah air, kedua orangtua, anak-anak, dan istrinya. Aku telah mengutus kepadanya seorang bidadari dengan sifat ibunya dan seorang malaikat dengan sifat ayahnya sebagai bentuk rahmat padanya atas tempat hina di dalam pengasingannya. Tatkala pemuda yang terasingkan itu meninggal dunia, maka penghuni langit dan penghuni bumi menangisinya sebagai bentuk rahmat padanya. Maka bagaimana Aku tidak merahmatinya, sedangkan Aku adalah Dzat yang Paling Pengasih dari semua yang pengasih".
Demikian Hadits Ke-17, Tentang Keutamaan Orang Sakit, Terjemah Kitab Mawaidul 'Ushfuriyah. Dengan selesainya membaca artikel pada Hadits ke-17 ini Tentang Keutamaan Orang Sakit semoga kita aakan bertambah iman kita, karena dengan rasa sakit tersebut Allah akan mengangkat dosa-dosayang telah kita perbuat.
Tetap ikuti Blog San3kalongbm.com untuk mendapatkan update informasi seputar Religi dan lanjutan kisah Terjemah Kitab Mawaidul 'Usfuriyah dengan Hadits Ke-18, Keutamaan Umat Nabi SAW di Akhir Zaman.
Terimakasih, Wassalam .....San3kalongbm
Post a Comment for "Hadits Ke-17, Tentang Keutamaan Orang Sakit, Terjemah Kitab Mawaidul 'Ushfuriyah"