Ziarah Wali, Mengenal Maulana Hasanuddin Banten Putra Sunan Gunung Jati Cirebon
San3kalongbm.com - Ziarah Wali, Mengenal Maulana Hasanuddin Banten Putra Sunan Gunung Jati Cirebon - Ziarah wali sudah menjadi tradisi bagi warga Nahdliyin yang fungsinya untuk mengingat akan adanya hari kematian juga sebagai talang wasilah bersambungnya do'a kita kepada Illahi Robbi. Sebagai seorang hamba yang awam sudah mungkin dan pasti sulit untuk langsung bisa terhubung langsung kepada sang Kholiq.
Menara Masjid Agung Banten |
Maka dari itu para warga Nahdliyin berusaha mendekatkan diri melalui para kekasih Allah yang biasa kita kenal dengan para Wali-wali Allah. Sebagai awal artikel ini admin akan bagikan pengalaman perjalanan Ziarah Wali Songo dan Aulia' yang berada di tanah Jawa.
Diawali dengan Ziarah Makam Maulana Hasanuddin Banten yang menjadi putra dari Sunan Gunungjati Cirebon. Setelah Syarif Hidayatullah memperistri seorang putri kerajaan Nyai Kawunganten maka beliau lahirlah 7 putera dan putri salah satunya yaitu Maulana Hasanuddin Banten.
Silsilah Maulana Hasanuddin Banten
Maulana Hasanuddin Banten masih mempunyai garis keturunan dari Rasulullah Saw. Jika kita uraikan Maulana Hasanuddin Banten masih keturunan yang ke 27. Agar kita mengetahui di saat kita bertawasul maka admin akan sampaikan silsilah Maulana Hasanuddin Banten. Berikut silsilahnya:
- Nabi Muhammad SAW
- Fatimah Az-Zahra
- Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad
- Al-Imam Sayyidina Hussain
- Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
- Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
- Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
- Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
- Sayyid Muhammad An-Naqib bin
- Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
- Ahmad al-Muhajir bin
- Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
- Sayyid Alawi Awwal bin
- Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
- Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
- Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
- Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
- Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
- Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
- Sayyid Abdullah Al-’Azhomatu Khan bin
- Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
- Sayyid Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan bin
- Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan @ ‘Ali Nurul ‘Alam
- Sayyid ‘Umadtuddin Abdullah Al-Khan bin
- Sunan Gunung Jati @ Syarif Hidayatullah Al-Khan
- SYARIF HIDAYATULLAH – SUNAN GUNUNG JATI berputera :
Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati mempunyai beberapa putera, antara lain Maulana Hasanuddin. Berikut putra dan putri Sunan Gunung Jati Cirebon, Maulana Hasanuddin Banten merupakan putera yang ke-empat.
- Ratu Ayu Pembayun
- Pangeran Pasarean
- Pangeran Jaya Lelana
- Maulana Hasanuddin
- Pangeran Bratakelana
- Ratu Wianon
- Pangeran Turusmi
Sejarah Kesultanan Banten
Maulana Hasanuddin adalah pendiri tunggal Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1552-1570 Masehi. Selain sebagai sultan pertama Banten, Maulana Hasanuddin juga merupakan seorang tokoh penyebar agama Islam di wilayah Banten.
Sultan Maulana Hasanuddin mendapatkan gelar Pangeran Sabakingkin atau Seda Kinkin. Gelar tersebut diperoleh dari kakeknya Prabu Surosowan Bupati Banten.
Maulana Hasanuddin adalah salah satu putera Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon yang juga salah satu anggota walisongo, sebuah majelis penyebaran agama Islam di Jawa pada masa kesultanan Demak. Juga sebagai penguasa kesultanan Cirebon 1479-1568 M.
Sejarah Hidup Maulana Hasanuddin
Setelah Prabu Surosowan wafat (Kakek Maulana Hasanuddin Banten), kursi kepemimpinan Banten dilanjutkan oleh putranya yang bernama Pangeran Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun, yang juga paman dari Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin.
Sunan Gunung Jati kemudian kembali ke Cirebon. Sedangkan Pangeran Sabakingkin berkelana untuk memperdalam ilmu dan ajaran keislamannya. Adapun Prabu Pucuk Umun adalah pemeluk ajaran Sunda Wiwitan.
Suatu ketika, Pangeran Sabakingkin atau Maulana Hasanuddin menghadap ayahnya di Cirebon. Ia kemudian diberi mandat untuk menyebarkan Islam yang lebih luas ke tanah Banten dan sekitarnya. Maulana Hasanuddin pun berangkat ke Banten.
Namun, misinya untuk menjalankan syiar Islam di Banten ternyata mendapatkan tentangan dari pamannya sendiri, yakni Prabu Pucuk Umun. Setelah melakukan musyawarah, mereka bersepakat untuk tidak berperang secara fisik, namun diganti dengan pertarungan ayam jago.
Dilansir laman Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Maulana Hasanuddin memenangkan perlombaan itu. Prabu Pucuk Umun mengaku kalah dan memberikan ucapan selamat seraya menyerahkan golok serta tombak sebagai tanda kekalahan.
Penyerahan kedua senjata pusaka Banten itu juga sebagai simbol bahwa kekuasaan wilayah Banten yang semula dipegang oleh Prabu Pucuk Umun kepada Maulana Hasanuddin.
Sejarah Wafatnya Maulana Hasanuddin Banten
Proses penyebaran agama Islam bagi para penduduk yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati dan anaknya Maulana Hasanuddin bahkan diceritakan sampai ke Gunung Pulosari. Setelah Sunan Gunung Jati ke Cirebon, islamisasi tetap dilanjutkan oleh anaknya itu sampai ke Gunung Karang, Gunung Lor bahkan sampai ke Ujung Kulon.
"Dalam menyebarkan Islam kepada penduduk pribumi, Hasanuddin menggunakan cara-cara yang dikenal oleh masyarakat setempat, seperti menyabung ayam ataupun mengadu kesaktian," tertulis dalam buku sejarah Banten.
Dan baru pada 1525 begitu Hasanuddin dikisahkan mengalahkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang, pusat pemerintahan ia pindahkan ke dekat pelabuhan. Ini terjadi pada 1 Muharam tahun 933 Hijriyah atau pada 8 Oktober 1526. Sekarang daerah itu dikenal dengan nama Kecamatan Kasemen dan di sana ada reruntuhan Keraton Surosowan.
"Pemilihan Surosowan sebagai ibu kota didasarkan atas pertimbangan lebih mudah dikembangkan sebagai bandar pusat perdagangan. Oleh karena Banten semakin besar dan maju, pada 1552, Banten yang tadinya hanya kadipaten diubah menjadi negara bagian Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai raja di Kesultanan Banten dengan gelar Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan," tertulis dalam buku.
Masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin dikenal sebagai kekuatan pelayaran maritim dan perdagangan salah satunya adalah lada yang terkenal dan jadi komoditas internasional waktu itu. Perluasan kekuasannya mulai dari Jayakarta, Karawang, Lampung hingga Bengkulu.
Makam Maulana Hasanuddin Banten
Maulana Hasanuddin meninggal pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Sampai saat ini, makamnya menjadi pusat ziarah warga khususnya ke kawasan Banten Lama. Ia dikenal juga sebagai Pangeran Surowosan dan julukan ini disematkan karena ia adalah pendiri Keraton.
Karena jama'ah Ziarah Walisongo yang kami tuliskan ini bersal dari Lampung maka rute perjalanan menuju makam Maulana Hasanuddin akan admin mulai dari pelabuhan Merak Cilegon Banten.
Jika perjalanan dari pelabuhan Merak Kota Cilegon Banten perjalanan menuju makam via Tol sesuai panduan Google Maps dapat di tempuh lebih kurang 43 menit (tanpa Macet). Namun secara riilnya tinggal kita lihat alur lalulintas di saat kita tempuh.
Makam Maulana Hasanuddin Panduan Google Maps |
Lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Banten, tepatnya yaitu sekitaran Masjid Agung Banten, Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Area parkir sangat luas dapat menampung sekitar 100 bus besar juga beberapa minibus. Lokasi makam yang berada di sekitaran masjid yang memerlukan perjalanan tambahan dengan jalan kaki. Melewati pasar yang ada yang menyajikan berbagai macam jajanan khas Banten juga oleh-oleh khas Banten.
Demikian informasi seputar Ziarah Wali, Mengenal Maulana Hasanuddin Banten Putra Sunan Gunung Jati Cirebon, semoga bermanfaat dan dapat dijadikan referensi perjalanan Ziarah Walisongo yang berada di tanah Jawa.
Terimakasih, Wassalam .... San3kalongbm.com
Post a Comment for "Ziarah Wali, Mengenal Maulana Hasanuddin Banten Putra Sunan Gunung Jati Cirebon"