Pengertian dan Contoh Maf'ul Ma'ah Pada Kitab Jurumiyah Ash-Shonhaji
San3kalongbm.com - Pengertian dan Contoh Maf'ul Ma'ah Pada Kitab Jurumiyah Ash-Shonhaji - Kali ini admin akan berbagi seputar bab Maf'ul Ma'ah yang dijelaskan pada kitab Jurumiyah karangan Imam Ash-Shonhaji yang sudah pasti dipelajari oleh santri-santri di pondok pesantren sabagai ilmu alat ayng awal.
Bab Maf'ul Ma'ah |
Maf'ul ma'ah merupakan salah satu isim yang dibaca nasob, salah satu bab yang dibahas setelah maf'ul min ajlih. Adapun perngertian, contoh dan lain-lain terkait dari maf'ul ma'ah mari kita bahas bersama pada artikel ini.
Pengertian Maf'ul Ma'ah
Maf’ul Ma’ah adalah مَفْعُوْلُ مَعَهُ merupakan salah satu isim manshub yang letaknya setelah huruf Wau (و). Namun wau, disini tidak berarti DAN (kata sambung). Melainkan mempunayi makna bersama atau kebersamaan. Maka untuk itulah Maf'ul Ma'ah juga disebut dengan Wau Ma'iyyah, hingga wawu maiyah itu pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.
( هُوَ الإِسْمُ المَنْصُوبُ الَّذِى يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ الفِعْلُ )
“Maf’ul ma'ah adalah isim yang dinashobkan yang disebutkan untuk menjelaskan sesuatu yang menyertai proses terjadinya suatu peristiwa”.
Baca Juga : Pengertian dan Contoh Bab Hal
Contoh Dari Maf'ul Ma'ah
جَاءَ الأَمِيْرُ وَالجَيْسَ artinya Presiden/pemimpin datang bersama tentara
اِستَوَى المَاءُ وَالخَسَبَةَ artinya Air itu naik bersamaan dengan ukurannya
قُمْتُ مِنَ النَّوْمِ وَطُلُوْعَ الفَجْرِ artinya Saya bangun tidur berbarenagan dengan terbitnya fajar
Lafadz الجَيْسَ pada contoh di atas, mempunyai kedudukan sebagai maf’ul ma’ah, karena setelah wau merupakan isim yang dinashobkan yang menyertai proses terjadinya “kedatangan presiden” pada kalimat (جَاءَ الأَمِيْرُ) dalam arti ketika presiden datang, maka tentara punikut datang bersama.
Pada lafadz الخَسَبَةَ juga sama disebut maf’ul ma’ah, karena lafadz merupakan isim yang dinashobkan yang menyertai proses naiknya air yaitu ketika air itu naik, maka ukurannya pun secara berbarengan naik menyertai proses naiknya air tersebut.
Demikian juga pada contoh byang ketiga dengan kata وَطُلُوْعَ الفَجْرِ ia bisa disebut dengan maf’ul ma’ah, karena lafadz setelah wau adalah isim yang dinashobkan yang menjelaskan atau menunjukan bahwa ia itu menyertai proses terjadinya “bangun tidur” dalam arti ketika saya bangun tidur, fajar pun terbit.
Perlu diingat: Wawu yang terletak sebelum maf’ul ma’ah disebut: Wawu maiyah ( الوَاوُ المَعِيَّة ).
( وَاَمَّا خَبَرُ كَانَ وَاَخَوَاتُهَا وَاسْمُ اِنَّ وَاَخَوَاتِهَا فَقَدْ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا فِى المَرْفُوعَاتِ وَكَذَالِكَ التَوَابِعُ فَقَدْ تَقَدَّمَتْ هُنَاكَ )
Adapun bab خَبَرْ كَانَ وَاَخَواتُهَا juga bab اِسِمْ اِنَّ وَاَخَواتُهَا sudh admin jelaskan pada pembahasan mengenai المَرْفُوعَاتُ الاَسْمَاءِ ( isim-isim yang dirofa’kan ). Demikian pula dengan bab tawabi’ ( kalimat yang suka mengikuti kepada I’rob kalimat yang sebelumnya ) telah admin bahas dalam pembahasan sebelumnya.
Begitu pula penjelasan Bab Dzonna dan saudaranya sudah admin bahas pada artikel sebelumnya, jika ingin melihat bab Dzonna dan saudaranya dapat klik link berikut.
Contoh:
جِئْتُ وَالسَّيَارَةَ Artinya: Aku datang bersamaan dengan mobil.
اسْتَيْقَظْتُ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ Artinya: Saya bangun bersamaan dengan terbitnya matahari.
Syarat menjadi maf’ul ma'ah adalah sebagai berikut:
Pertama: Kalimat sebelum maf’ul ma’ah tersebut berupa jumlah. Tidak akan bisa menjadi maf’ul ma’ah apabila sebelumnya bukan merupakan jumlah mufidah. Contoh:
سِرْتُ وَالنَّيْلَ
سَارَ عليُّ والْجَبَلَ
Kedua: Isim yang menjadi maf’ul ma’ah merupakan fudhlah.
Artinya maf’ul ma’ah tersebut sebagai pelengkap atau tambahan dari peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, tanpa maf’ul ma’ah pun kalimat sebelumnya sudah mafhum dan sempurna maknanya.
Contoh:
اسْتَيْقَظْتُ وَتغْرِيْدَ الطُّيورِ Artinya: Aku bangun bersama dengan berkicaunya burung.
Seandainya tanpa maf’ul ma’ah pun kalimat sebelumnya sudah sempurna maknanya.
Ketiga: Wau antara jumlah dan maf’ul ma’ah bermakna (مَعَ) yang artinya bersama.
Perbedaan Wau Athaf dan Wau Ma’iyyah
Isim yang terletak setelah wau ma’iyyah selalu mansub, adapun isim yang terletak setelah wau athaf tergantung ma’thufnya. Wau athaf itu menujukkan antara ma’thuf dan ma’thuf ‘alaihnya sama dalam kedudukan hukum tata bahasa Arab.
Contoh :
سَارَ عَلِيٌّ وَالْجَبَلَ
سَارَ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ
جِئْتُ بِالْكِتَابِ وَالْقَلَمِ
Wau yang terdapat pada contoh yang pertama adalah merupakan wau ma’iyyah, sedangkan pada contoh yang kedua dan ketiga merupakan wau ‘athaf.
Pelaku pada wau ma’iyyah hanya terdiri dari satu pihak, sedangkan pelaku pada wau ‘athaf terdiri dari dua belah pihak.
Contoh:
اسْتَيْقَظْتُ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ Artinya: Aku bangun bersama terbitnya matahari.
تحَابَّ الْفَتَى وَ الْفَتَاةُ Artinya: Pemuda dan pemudi saling jatuh cinta.
Contoh Maf’ul Ma’ah di Al-Qur’an
Surat Yunus: 71
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنظِرُونِ
Artinya: "Dan bacakanIah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku."
Baca Juga: Pengertian dan Contoh Tamyiz
Demikian Pengertian dan Contoh Maf'ul Ma'ah Pada Kitab Jurumiyah Ash-Shonhaji, Semoga dapat dipahami dan dapat di mengerti. Semoga bermanfaat, untuk selanjutnya admin akan membahas Beberapa isim yang dibaca khofadh atau jer.
Terimakasih, Wassalam ..... San3kalongbm
Post a Comment for "Pengertian dan Contoh Maf'ul Ma'ah Pada Kitab Jurumiyah Ash-Shonhaji"